Sabtu, 24 Agustus 2019


TUGAS 6 MANAJEMEN KELAS

TUGAS  MANAJEMEN KELAS DI SD

tentang


PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS


disusun oleh :

WIRMA ADHANI

1620152

7.4 PGSD



dosen pembimbing:

Yessi Rifmasari, M.Pd


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP ADZKIA PADANG

2019




PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS

    A.    PENGERTIAN PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang bersifat umum. Adapun pendekatan merupakan unsur penting yang harus dikuasai pengajar sebelum mempersiapkan perencanaan .
Sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab didalam penggunaannya ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani sesuatu kasus pengelolan kelas merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan sesuatu Artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan sesuatu pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap kali menangani kasus pengelolaan kelas. Sebaliknnya, keprofesionalan cara kerja seorang guru adalah demikian sehingga apabila alternatif tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ia masih mampu melakukan analisis ulang terhadap situasi untuk kemudian tiba pada alternatif pendekatan yang kedua dan seterusnya.
    B.     SIKAP GURU DALAM MANAJEMEN KELAS
Sejak lahirnya pekerjaan mengajar, saat itu pulalah muncul istilah guru, meskipun tidak bersifat formal. Saat itupun telah dimulai upaya peningkatan hasil belajar peserta didik, baik secara sederhana sampai upaya peningkatan secara metodis. Berbagai komponen pembelajaran selalu memperoleh sorotan: guru, siswa, kurikulum, dan berbagai infra strukturnya. Memperhatikan peranan guru, berikut dapat diuraikan pola tingkah laku guru dalam pengelolaan kelas sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan (Satori, 2008: 78).Pertama, kualitas pembelajaran akan bervariasi sesuai variasi guru. Guru adalah manusia dan manusia adalah unik. Setiap manusia memiliki spesifikasi sendiri-sendiri. Dengan adanya keunikan tersebut lahirlah situasi pembelajaran sesuai ciptaan yang unik pula. Apabila dibeberapa bagian terdapat kesamaan, hal ini mungkin terlibatnya unsure lain yang ikut serta atau ersama-sama mencipta situasi pembelajaran secara utuh.
 1.  Kedua, kualitas pembelajaran tergantung waktu guru beraksi. Situasi pembelajaran tercipta oleh seorang guru akan berbeda dari waktu ke waktu. Seorang guru A mengajar ceria dipagi hari, akan tetapi berubah ketika mengajar di siang hari. Terkadang guru kaku dan keras, tetapi dilain waktu cukup toleran dan demokratis. Latar belakang psikologis sesaat sangat berpengarh terhadap aksi guru di dalam kelas. Latar belakang psikologis tersebut tergantung pada: hari, tanggal, jam, suasana, dan lain-lain.
  2.    Ketiga, kualitas pembelajaran bervariasi tergantung subjek didik. Seorang guru dari rumah berangkat dengan suasana hati yang gembira, sampai di kantor bertemu kepala sekolah dan rekan guru semakin menunjang rasa gembiranya, akan tetapi ketika sampai di kelas bertemu dengan kelompok siswa yang saat itu kurang bergairah, ramai, dan bertingkah laku masing-masing, keceriaan yang seharusnya menambah semangat guru dalam mengajar dapat berubah total karena kelompok siswa yang akan diajar kurang mendukung.
 3. Keempat, kualitas pembelajaran tergantung kemampuan guru menguasai kurikulum. Kemampuan guru berbeda dalam menterjemahkan kurikulum tingkat kelas. Ada guru yang mengajar secara urut mengikuti kurikulum, ada yang mengikuti buku, ada yang membuat perencanaan, dan tidak jarang yang mengajar sesuai dorongan saat itu. Kondisi demikian jelas akan mempengaruhi kualitas pembelajaran.
  4. Kelima, kualitas pembelajaran tergantung kemampuan guru memilih metode mengajar. Kemampuan guru menterjemahkan kurikulum, penguasaan substansi materi, akan menentukan pemilihan metode mengajar. Pemilihan metode juga dipengaruhi oleh faktor-faktor non teknis
.
   C.     PERAN GURU SEKOLAH DASAR DALAM MANAJEMEN KELAS
Salah satu tugas guru sebagai pendidik di sekolah adalah sebagai menajer. Seorang guru harus mampu memimpin kelasnya agar tercipta pembelajaran yang optimal. Fasilitas dan kondisi kelas merupakan salah satu factor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Padmono (2011, 23) fasilitas kelas (instrumental in put) berkaitan erat dengan terciptanya lingkungan belajar (environmental in put) kondusif sehingga murid dengan senang dan sukarela belajar. Penataan fasilitas dapat menjadi pendorong jika diorganisir secara baik. Di sinilah peran guru SD dapat terlihat, adapun peran guru dalam memenej kelas agar tercipta pembelajaran yang efektif sebagai berikut: 
   1.      Peran guru dalam pengorganisasian kelas
Organisasi kelas yang tepat akan mendorong terciptanya kondisi belajar yang kondusif. Pengorganisasian kelas ini pada dasarnya bersifat lokal, artinya organisasi kelas tergantung guru, kelas, murid, lingkungan kelas, besar ruangan, penerangan, suhu, dan sebagainya. Kita ketahui pada saat ini penataan kelas secara tradisional yang menempatkan satu meja guru berhadapan dengan meja kursi siswa. Kelas yang ditata secara tradisional tersebut menempatkan guru sebagai pusat kegiatan dan sentra perhatian murid tampak sebagai objek pengajaran bukan sebagai subjek yang belajar. Akibatnya aktivitas sebagian besar dilakukan guru sedang murid hanya pasif menerima.
   2.      Peran guru dalam pengaturan tempat duduk
Penataan kelas sebagaimana diuraikan pada pengorganisasian kelas ditata fleksibel yang mudah diubah sesuai pembelajaran yang akan dikembangkan guru. Penataan tempat duduk dapat berbentuk :
     a.       Seating chart
Penempatan murid dalam kelas dibuat suatu denah yang pada satu periode waktu tertentu dapat diubah sesuai tuntunan pembelajaran yang sedang dikembangkan oleh guru, sehingga perkembangan dan pertumbuhan murid tidak terganggu. Penataan tempat duduk yang didesain dalam chart dapat digambar sendiri oleh murid atau sekelompok murid secara bergilir, sehingga keterbatasan penataan tempat duduk secara tradisional ini dapat diminimalkan pengaruh buruknya. Penataan dan gambar desain dilaksanakan secara bergilir, sehingga setiap kelompok mempu menuangkan idenya dan mengembangkan iklim demokrasi di kelasnya, sehingga sikap menghargai pendapat orang lain dengan menghilangkan pandangan mereka sendiri.
    b.      Melingkar
Model duduk seperti ini dapat digunakan guru dalam pembelajaran diskusi kelompok, sehingga ada modifikasi untuk menghilangkan kejenuhan siswa.
     c.       Tapal kuda
Model ini sesuai untuk melaksanakan diskusi kelas yang dipimpin oleh guru atau ketua diskusi yang dipilih siswa. Diskusi kelas akan meningkatkan keberanian dibanding keberanian yang hanya muncul pada kelompok kecil.

    3.      Peran guru dalam pengaturan alat-alat pelajaran
Alat-alat pelajaran dapat klasifikasikan menjadi beberapa kelompok, antara lain: Menurut kedudukannya; alat pelajaran dibedakan atas permanen dan tidak permanen. Permanen jika alat pelajaran tersebut diletakkan di kelas secara terus menerus, misalnya: listrik, papan tulis, dan sebagainya. Alat pelajaran tidak permanen atau yang bergerak (movable) yaitu alat pelajaran yang dapat dipindah, misalnya: kursi, OHP, mesin-mesin, peta, dan sebagainya. Menurut fungsinya; a) alat untuk menulis; kapur, papan tulis, pensil, dan lain-lain; b) alat-alat lukis; jangka, meter, segitiga, buku.
    4.   Peran guru dalam pemeliharaan keindahan ruangan kelas
Motto yang menyatakan “bersih adalah sehat dan rapi adalah indah” merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri. Setiap manusia memiliki cita rasa keindahan walaupun derajat keindahannya berbeda. Keindahan akan memberikan rasa nyaman dan membuat anak betah tinggal di tempat tersebut. Kelas yang diharapkan mengundang anak untuk betah berada di dalamnya hendaknya dijaga kebersihan dan keindahannya. Guru memiliki peran untuk mengorganisir siswanya agar dapat mendesain kelasnya menjadi kelas yang indah. Keindahan dapat dicapai dengan beberapa cara, yaitu: (a) menata ruangan menjadi rapi, misalnya; menata alat pelajaran sesuai kelompoknya, menata buku sesuai tinggi buku, tebal buku, dan kelompok buku, penataan alat pelajaran permanent yang sesuai dengan ruangan. Desain interior yang harmonis akan merangsang anak untuk tenggelam dalam suasana akademik (Immersion). Anak yang tenggelam dalam lautan ilmu pengetahuan akan mengalami pembelajaran secara alamiah, nyata, langsung, dan bermakna, (b) penataan meja guru, gambar-gambar merupakan factor pendukung tercapainya ruangan yang rapid an indah.
Kelas yang terlalu terang atau terlalu gelap kurang mendukung pembelajaran. Anak SD berada pada tahap perkembangan yang menentukan, untuk itu menjaga kesehatan anak merupakan salah satu tugas managemen kelas oleh guru (Suharsimi Arikunto, 1989: 77). Kelas harus cukup memiliki ventilasi untuk pertukaran udara sehingga anak merasa sejuk dan nyaman tinggal di kelas. Guru sering kurang menyadari ruangan yang terang tetapi jendela tidak dibuka serta kurangnya ventilasi menjadikan suara guru bergema, akibatnya anak kurang mampu memusatkan perhatian pendengarannya pada suara guru, sebab terganggu oleh gema suara. Untuk itu disamping membuka jendela digunakan untuk pertukaran udara, maka juga berfungsi sebagai sarana untuk mengurangi gema. Warna disamping memiliki arti juga membawa kesan terhadap orang yang melihat. Dinding sekolah atau kelas berpengaruh terhadap siswa. Pemilihan warna sering tidak melibatkan guru apalagi murid, sehingga kadang guru sendiri tidak betah tinggal di kelasnya.
   D.    MACAM-MACAM PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS
Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individu. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Syaiful Bahri Djamarah menyebutkan ada berbagai pendekatan sebagai berikut:
     a)     Pendekatan kekuasaan
Pengelolan kelas diartikan sebgai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disisni adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalm kelas. Kedisiplina adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yng mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
     b)    Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilkukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
     c)    Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan dirtikn secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan suatu kapan aja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
      d)   Pendekatan Resep
Pendekatan resep ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapatt menggambarkan apa yang harus dan apa yang harus tidak boleh dikrjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi dikelas.
      e)    Pendekatan pengajaran
Pendekatan ini didasarkan suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan an mengimplementasikan pelajaran yang baik.
     f)     Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan terapai secara mksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembabng di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Di dalam ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut.  
      g)     Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan ini peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi kelas agar tetap baik. 
      h)     Pendekatan iklim sosio-emosional
Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa pengelolaan kelas yang efektif memerlukan hubungan positif dengan antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa. Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai secr maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas.
       i)      Pendekatan Proses Kelompok
Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, selain itu guru juga harus dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
       j)     Pendekatan Elektris atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dua atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan, selama maksud dan penggunaannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
Manajemen kelas tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual. Keharmonisan hubungan guru dan siswa, tingginya kerjasama di antara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berikut ini ada beberapa pendekatan dalam mengelola kelas sebagai berikut :
    1.    Pendekatan Otoriter atau Kekuasaan
Pendekatan otoriter adalah pendekatan yang menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan siswa dengan menerapkan disiplin yang tegas. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:
     a)   Perintah dan Larangan
     b)    Penekanan dan Penguasaan
     c)   Penghukuman dan Pengancaman
Dijelaskan (dalam Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman, 2000) terdapat lima strategi yang dapat diterapkan dalam mangelola kelas, yaitu:
      a)    Menetapkan dan menegakkan peraturan
      b)   Memberi perintah, pengarahan, dan pesan
      c)    Menggunakan teguran ramah
      d)  Menggunakan pengendalian dengan gerak mendekati
      e)   Menggunakan pemisahan dan pengucilan
Kelebihan dari pendekatan ini adalah terciptanya suatu disiplin tinggi dalam bentuk peraturan atau norma-norma yang harus ditaati sehingga terciptanya suatu ketertiban di kelas. Kelemahannya adalah pendekatan ini kurang efektif. guru yang menganut pendekatan ini umumnya menganggap apa yang ia katakan adalah mutlak benar. Guru dianggap yang paling tahu. siswa kurang diberi kesempatan untuk mengemukakan dan mengembangkan ide atau buah pikirannya. Contohnya:  Seorang guru langsung mengusir anak didiknya yang berbicara di kelas tanpa mempertimbangkan  alasan yang diberikan anak didiknya tersebut. Guru menganggap anak didiknya tersebut tidak disiplin.[4]
   2.     Pendekatan Intimidasi atau Ancaman
Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku guru yang mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan.
Peranan guru adalah memaksa peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru. Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras. Teguran keras adalah perintah verbal yang keras yang diberikan pada situasi tertentu dengan maksud untuk segera menghentikan perilaku siswa yang penyimpangannya berat. Misal, guru memergoki dua peserta didik berkelahi.kemudian guru bertindak “berhenti” dengan harapan setelah mendengar suara guru kedua peserta didik itu akan berhenti berkelahi. Kehadiran guru membuat mereka takut, takut karena mereka membayangkan akan memperoleh hukuman yang sangat berat. Dengan demikian, pendekatan intimidasi hanya baik untuk menghentikan perbuatan yang salah berat dengan segera.
    3.      Pendekatan Permisif atau Kebebasan
Pengelolaan permisif di sini diartikan sebagai suatu proses untuk membantu siswa agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah untuk meningkatkan kebebasan siswa. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin dan guru hendaknya juga berperan sebagai pendorong untuk mengembangkan potensi siswa secara penuh. Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Tema sentral dari pendekatan ini adalah: apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan peserta didik bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Peranan guru adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin, dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta didik secara penuh..
Kelebihan Pendekatan ini cukup efektif untuk dilaksanakan karena tingkah laku positif anak didik dapat terkembangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Kelemahannya yaitu siswa menjadi bergantung kepada guru dalam mengembangkan sikap baiknya. Siswa tersebut akan teransang bertingkah baik bila ada sebuah pujian dari guru dan sebagainya. Contohnya: Guru memberikan pujian dan hadiah kepada anak yang bertingkah laku baik dan memberikan sanksi kepada anak yang bertingkah laku buruk dengan tujuan anak tersebut tidak mengulangi perbuatannya itu lagi.
    4.      Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, selain itu guru juga harus dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
   5.      Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas berakar pada psikologi penyuluhan klinikal, dan karena itu memberikan arti yang sangat penting pada hubungan antar pribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat tergantung pada hubungan yang positif antara guru dan peserta didik. Guru adalah penentu utama atas hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosio-emosional yang positif pula. Glasser mengemukakan delapan langkah untuk membantu peserta didik mengubah perilakunya berikut ini:
    a)  Secara pribadi melibatkan diri dengan siswa; menerima siswa tetapi bukan kepada perilakunya yang menyimpang; menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahkan masalah.
    b)  Perilaku siswa; menangani masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa.
   c) Membantu siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah itu
    Pusatkan perhatian kepada apa yang dilakukan oleh siswa yang menimbulkan masalah dan yang meyebabkan kegagalannya.
  d) Membantu siswa merencanakan tindakan yang lebih baik; jika perlu berikan alternatif-alternatif; bantulah siswa membuat keputusan sendiri berdasarkan penilaiannya atas alternatif-alternatif yang ada untuk mengembangkan perasaan tanggung jawab sendiri.
   e) Membimbing siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya
   f) Mendorong siswa sewaktu melaksanakan rencananya dan memelihara keterikatannya dengan rencana tersebut; yakinkan siswa bahwa guru mengetahui kemajuan-kemajuan yang dibuatnya.
    g) Tidak menerima pernyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan keterikatannya; bantulah ia memahami bahwa ia sendirilah yang bertanggung jawab atas perilakunya; ingatkan siswa akan perlunya rencana yang lebih baik; menerima pernyataan maaf berarti tidak memusingkan masalah siswa.
   h) Memberikan kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang menyimpang tetapi jangan menghukumnya; bantulah siswa mencoba lagi menyusun rencana yang lebih baik dan mengikatkan diri dengan rencana tersebut.

  6.     Pendekatan Intruksional
Manajemen kelas melalui pendekatan ini mengacu pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa.
Pendekatan instruksional dalam manajemen kelas memandang perilaku instruksional guru agar mempunyai potensi untuk mencapai tujuan utama manajemen kelas, yaitu mencegah timbulnya masalah manajerial dan memecahkan masalah manajerial kelas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan strategi manajemen kelas dalam pendekatan ini antara lain:
 a.  Menyampaikan kurikulum dan pelajaran dengan cara yang menarik, relevan, dan sesuai secara empiris dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang siswa di dalam kelas
  b.    Menerapkan kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan kelas oleh banyak orang sehingga mencegah siswa melalaikan tugasnya.
 c.  Menyiapkan kegiatan rutin kelas adalah kegiatan sehari-hari yang perlu dipahami dan dilakukan siswa.
 d. Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengomunikasikan harapan-harapan yang diinginkan guru.
 e.  Memberikan dorongan yang bermakna adalah suatu proses usaha guru dalam menunjukkan minat yang sungguh-sungguh terhadap perilaku siswa yang menunjukkan tanda-tanda kebosanan dan keresahan.
  f. Memberikan bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan oleh guru untuk membantu siswa menghadapi persoalan yang mematahkan semangat, pada saat mereka benar-benar memerlukannya.
 g. Merencanakan perubahan lingkungan dalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan dalam menghadapi perubahan-perubahan situasi.

   7.      Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep. Dalam pengelolaan, guru lebih banyak memberi anjuran, wejangan, perintah, sehingga mengabaikan kebutuhan siswa. Di samping itu, guru menjadi tidak kreatif karena terpaku pada penyelesaian materi.[10]
   8.     Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan atas prinsip-prinsip psikologi behavioral. Prinsip pokoknya ialah bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, baik tingkah laku yang disukai maupun tidak disukai
   9.    Pendekatan Pengajaran
Manajemen kelas dengan pendekatan pengajaran, sesuai dengan sebutan dilakukan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Peranan guru sangat dominan di sini sebagai aktor utama di dalam kelas. Pendekatan memanajemen kelas dengan pendekatan pengajaran dimaksudkan agar muncul peran guru secara efektif untuk melakukan pencegahan dan atau penghentian perilaku siswa yang kurang menguntungkan atau bahkan mengganggu proses pembelajaran di kelas. Pendekatan pengajaran mensyaratkan perencanaan pengajaran yang baik oleh seorang guru. Selanjutnya, rencana pengajaran yang telah dibuat itu diimplementasikan sebaik-baiknya di dalam kelas sehingga kelas yang bersangkutan dapat terkelola dengan baik untuk sebesar-besar manfaat untuk efektivitas pembelajaran siswa. Jadi, peranan guru dalam kaitannya dengan pendekatan pengajaran adalah merencanakan dan mengimplementasikan pengajaran yang baik.
  10.  Pendekatan Elektis/Pluralistik
Pendekatan elektis adalah suatu pendekatan pengelolaan atau manajemen kelas yang lebih menekankan pada potensialitas, kreativitas, dabn inisiatif wali kelas atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan-pendekatan yang telah disebutkan sebelumnya berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan-pendekatan di atas itu dalam suatu situasi mungkin cukup dipergunakan salah satunya saja. Akan tetapi pada Situasi yang lain mungkin harus dilakukan kombinasi dari dua atau tiga pendekatan di atas tersebut sekaligus. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistic karena dalam pendekatan manajemen kelas ini guru berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
  11.  Pendekatan Teknologi Informasi
Pembelajaran tidak hanya terpaku pada kegiatan yang lebih dari hanya berbicara dan transfer pengetahuan. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi sekolah mencari bentuk baru dalam proses pembelajaran anak. Pembelajaran yang dimaksud adalah perkembangan teknologi dimasa kini dan mendatang, murid butuh untuk persiapan dirinya terutama kaitanya dengan perkembangan proyek yang harus dikerjakan baik secara individual maupun kelompok. Hal ini tentunya mendorong para guru untuk lebih bertindak sebagai coaching dari pada upaya sekedar telling dan spending ilmu pengetahuan.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. (2001). Pengelolaan Pengajaran. Ujungpandang: Bintang Selatan.
Arikunto, S. (1989). Managemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta
Padmono, Y. (2011). Manajemen Kelas. Salatiga: Widyasari.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

11 komentar: