TUGAS 6 MANAJEMEN KELAS
PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS
TUGAS MANAJEMEN KELAS DI SD
tentang
PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS
disusun oleh :
WIRMA ADHANI
1620152
7.4 PGSD
dosen pembimbing:
Yessi Rifmasari, M.Pd
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP ADZKIA PADANG
2019
PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS
A. PENGERTIAN
PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS
Pendekatan
pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang dalam dalam
proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang bersifat umum. Adapun pendekatan merupakan unsur penting yang harus
dikuasai pengajar sebelum mempersiapkan perencanaan .
Sebagai
pekerja profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan
pendekatan-pendekatan kelas, sebab didalam penggunaannya ia harus terlebih
dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani sesuatu
kasus pengelolan kelas merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat
masalahnya. Artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa
penggunaan sesuatu Artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa
penggunaan sesuatu pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah yang ingin
ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan mengatakan bahwa seorang guru akan
berhasil baik setiap kali menangani kasus pengelolaan kelas. Sebaliknnya,
keprofesionalan cara kerja seorang guru adalah demikian sehingga apabila
alternatif tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil sebagaimana yang
diharapkan, maka ia masih mampu melakukan analisis ulang terhadap situasi untuk
kemudian tiba pada alternatif pendekatan yang kedua dan seterusnya.
B. SIKAP
GURU DALAM MANAJEMEN KELAS
Sejak
lahirnya pekerjaan mengajar, saat itu pulalah muncul istilah guru, meskipun
tidak bersifat formal. Saat itupun telah dimulai upaya peningkatan hasil
belajar peserta didik, baik secara sederhana sampai upaya peningkatan secara metodis.
Berbagai komponen pembelajaran selalu memperoleh sorotan: guru, siswa,
kurikulum, dan berbagai infra strukturnya. Memperhatikan peranan guru, berikut
dapat diuraikan pola tingkah laku guru dalam pengelolaan kelas sebagai upaya
peningkatan mutu pendidikan (Satori, 2008: 78).Pertama, kualitas pembelajaran
akan bervariasi sesuai variasi guru. Guru adalah manusia dan manusia adalah
unik. Setiap manusia memiliki spesifikasi sendiri-sendiri. Dengan adanya
keunikan tersebut lahirlah situasi pembelajaran sesuai ciptaan yang unik pula.
Apabila dibeberapa bagian terdapat kesamaan, hal ini mungkin terlibatnya unsure
lain yang ikut serta atau ersama-sama mencipta situasi pembelajaran secara
utuh.
1. Kedua,
kualitas pembelajaran tergantung waktu guru beraksi. Situasi pembelajaran
tercipta oleh seorang guru akan berbeda dari waktu ke waktu. Seorang guru A
mengajar ceria dipagi hari, akan tetapi berubah ketika mengajar di siang hari.
Terkadang guru kaku dan keras, tetapi dilain waktu cukup toleran dan
demokratis. Latar belakang psikologis sesaat sangat berpengarh terhadap aksi
guru di dalam kelas. Latar belakang psikologis tersebut tergantung pada: hari,
tanggal, jam, suasana, dan lain-lain.
2. Ketiga,
kualitas pembelajaran bervariasi tergantung subjek didik. Seorang guru dari
rumah berangkat dengan suasana hati yang gembira, sampai di kantor bertemu
kepala sekolah dan rekan guru semakin menunjang rasa gembiranya, akan tetapi
ketika sampai di kelas bertemu dengan kelompok siswa yang saat itu kurang
bergairah, ramai, dan bertingkah laku masing-masing, keceriaan yang seharusnya
menambah semangat guru dalam mengajar dapat berubah total karena kelompok siswa
yang akan diajar kurang mendukung.
3. Keempat,
kualitas pembelajaran tergantung kemampuan guru menguasai kurikulum. Kemampuan
guru berbeda dalam menterjemahkan kurikulum tingkat kelas. Ada guru yang
mengajar secara urut mengikuti kurikulum, ada yang mengikuti buku, ada yang
membuat perencanaan, dan tidak jarang yang mengajar sesuai dorongan saat itu.
Kondisi demikian jelas akan mempengaruhi kualitas pembelajaran.
4. Kelima,
kualitas pembelajaran tergantung kemampuan guru memilih metode mengajar.
Kemampuan guru menterjemahkan kurikulum, penguasaan substansi materi, akan
menentukan pemilihan metode mengajar. Pemilihan metode juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor non teknis
.
C. PERAN
GURU SEKOLAH DASAR DALAM MANAJEMEN KELAS
Salah
satu tugas guru sebagai pendidik di sekolah adalah sebagai menajer. Seorang
guru harus mampu memimpin kelasnya agar tercipta pembelajaran yang optimal.
Fasilitas dan kondisi kelas merupakan salah satu factor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa. Menurut Padmono (2011, 23) fasilitas kelas (instrumental in put)
berkaitan erat dengan terciptanya lingkungan belajar (environmental in put)
kondusif sehingga murid dengan senang dan sukarela belajar. Penataan fasilitas
dapat menjadi pendorong jika diorganisir secara baik. Di sinilah peran guru SD
dapat terlihat, adapun peran guru dalam memenej kelas agar tercipta
pembelajaran yang efektif sebagai berikut:
1. Peran
guru dalam pengorganisasian kelas
Organisasi
kelas yang tepat akan mendorong terciptanya kondisi belajar yang kondusif.
Pengorganisasian kelas ini pada dasarnya bersifat lokal, artinya organisasi
kelas tergantung guru, kelas, murid, lingkungan kelas, besar ruangan, penerangan,
suhu, dan sebagainya. Kita ketahui pada saat ini penataan kelas secara
tradisional yang menempatkan satu meja guru berhadapan dengan meja kursi siswa.
Kelas yang ditata secara tradisional tersebut menempatkan guru sebagai pusat
kegiatan dan sentra perhatian murid tampak sebagai objek pengajaran bukan
sebagai subjek yang belajar. Akibatnya aktivitas sebagian besar dilakukan guru
sedang murid hanya pasif menerima.
2. Peran
guru dalam pengaturan tempat duduk
Penataan
kelas sebagaimana diuraikan pada pengorganisasian kelas ditata fleksibel yang
mudah diubah sesuai pembelajaran yang akan dikembangkan guru. Penataan tempat
duduk dapat berbentuk :
a. Seating
chart
Penempatan murid dalam kelas dibuat suatu denah yang
pada satu periode waktu tertentu dapat diubah sesuai tuntunan pembelajaran yang
sedang dikembangkan oleh guru, sehingga perkembangan dan pertumbuhan murid
tidak terganggu. Penataan tempat duduk yang didesain dalam chart dapat digambar
sendiri oleh murid atau sekelompok murid secara bergilir, sehingga keterbatasan
penataan tempat duduk secara tradisional ini dapat diminimalkan pengaruh
buruknya. Penataan dan gambar desain dilaksanakan secara bergilir, sehingga
setiap kelompok mempu menuangkan idenya dan mengembangkan iklim demokrasi di
kelasnya, sehingga sikap menghargai pendapat orang lain dengan menghilangkan
pandangan mereka sendiri.
b. Melingkar
Model duduk seperti ini dapat digunakan guru dalam
pembelajaran diskusi kelompok, sehingga ada modifikasi untuk menghilangkan
kejenuhan siswa.
c. Tapal
kuda
Model ini sesuai untuk melaksanakan diskusi kelas
yang dipimpin oleh guru atau ketua diskusi yang dipilih siswa. Diskusi kelas
akan meningkatkan keberanian dibanding keberanian yang hanya muncul pada
kelompok kecil.
3. Peran
guru dalam pengaturan alat-alat pelajaran
Alat-alat
pelajaran dapat klasifikasikan menjadi beberapa kelompok, antara lain: Menurut
kedudukannya; alat pelajaran dibedakan atas permanen dan tidak permanen.
Permanen jika alat pelajaran tersebut diletakkan di kelas secara terus menerus,
misalnya: listrik, papan tulis, dan sebagainya. Alat pelajaran tidak permanen
atau yang bergerak (movable) yaitu alat pelajaran yang dapat dipindah,
misalnya: kursi, OHP, mesin-mesin, peta, dan sebagainya. Menurut fungsinya; a)
alat untuk menulis; kapur, papan tulis, pensil, dan lain-lain; b) alat-alat
lukis; jangka, meter, segitiga, buku.
4. Peran
guru dalam pemeliharaan keindahan ruangan kelas
Motto
yang menyatakan “bersih adalah sehat dan rapi adalah indah” merupakan hal yang
tidak dapat dipungkiri. Setiap manusia memiliki cita rasa keindahan walaupun
derajat keindahannya berbeda. Keindahan akan memberikan rasa nyaman dan membuat
anak betah tinggal di tempat tersebut. Kelas yang diharapkan mengundang anak
untuk betah berada di dalamnya hendaknya dijaga kebersihan dan keindahannya.
Guru memiliki peran untuk mengorganisir siswanya agar dapat mendesain kelasnya
menjadi kelas yang indah. Keindahan dapat dicapai dengan beberapa cara, yaitu:
(a) menata ruangan menjadi rapi, misalnya; menata alat pelajaran sesuai
kelompoknya, menata buku sesuai tinggi buku, tebal buku, dan kelompok buku,
penataan alat pelajaran permanent yang sesuai dengan ruangan. Desain interior
yang harmonis akan merangsang anak untuk tenggelam dalam suasana akademik
(Immersion). Anak yang tenggelam dalam lautan ilmu pengetahuan akan mengalami
pembelajaran secara alamiah, nyata, langsung, dan bermakna, (b) penataan meja
guru, gambar-gambar merupakan factor pendukung tercapainya ruangan yang rapid
an indah.
Kelas
yang terlalu terang atau terlalu gelap kurang mendukung pembelajaran. Anak SD
berada pada tahap perkembangan yang menentukan, untuk itu menjaga kesehatan
anak merupakan salah satu tugas managemen kelas oleh guru (Suharsimi Arikunto,
1989: 77). Kelas harus cukup memiliki ventilasi untuk pertukaran udara sehingga
anak merasa sejuk dan nyaman tinggal di kelas. Guru sering kurang menyadari
ruangan yang terang tetapi jendela tidak dibuka serta kurangnya ventilasi
menjadikan suara guru bergema, akibatnya anak kurang mampu memusatkan perhatian
pendengarannya pada suara guru, sebab terganggu oleh gema suara. Untuk itu disamping
membuka jendela digunakan untuk pertukaran udara, maka juga berfungsi sebagai
sarana untuk mengurangi gema. Warna disamping memiliki arti juga membawa kesan
terhadap orang yang melihat. Dinding sekolah atau kelas berpengaruh terhadap
siswa. Pemilihan warna sering tidak melibatkan guru apalagi murid, sehingga
kadang guru sendiri tidak betah tinggal di kelasnya.
D. MACAM-MACAM
PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS
Pengelolaan
kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai
faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak
lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun
secara individu. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan
yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Syaiful Bahri Djamarah
menyebutkan ada berbagai pendekatan sebagai berikut:
a) Pendekatan
kekuasaan
Pengelolan
kelas diartikan sebgai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
Peranan guru disisni adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin
dalm kelas. Kedisiplina adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk
mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yng mengikat untuk ditaati
anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
b) Pendekatan
Ancaman
Dari
pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan adalah juga sebagai suatu
proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol
tingkah laku anak didik dilkukan dengan cara memberi ancaman, misalnya
melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
c) Pendekatan
Kebebasan
Pengelolaan
dirtikn secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk
mengerjakan suatu kapan aja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan
semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
d) Pendekatan
Resep
Pendekatan
resep ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapatt menggambarkan apa
yang harus dan apa yang harus tidak boleh dikrjakan oleh guru dalam mereaksi
semua masalah atau situasi yang terjadi dikelas.
e) Pendekatan
pengajaran
Pendekatan
ini didasarkan suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksaan akan
mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu
bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam
mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang
baik. Peranan guru adalah merencanakan an mengimplementasikan pelajaran yang
baik.
f) Pendekatan
Sosio-Emosional
Pendekatan
sosio-emosional akan terapai secara mksimal apabila hubungan antar pribadi yang
baik berkembabng di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara
guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Di dalam ini guru merupakan kunci
pengembangan hubungan tersebut.
g) Pendekatan
Kerja Kelompok
Dalam
pendekatan ini peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama
kelompok. Pengelolan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru
untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok
produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi kelas agar
tetap baik.
h) Pendekatan
iklim sosio-emosional
Pendekatan
ini didasarkan pada asumsi bahwa pengelolaan kelas yang efektif memerlukan
hubungan positif dengan antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa.
Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai secr maksimal apabila hubungan
antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas.
i) Pendekatan Proses Kelompok
Dalam
pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama
kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru
untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok
yang produktif, selain itu guru juga harus dapat menjaga kondisi itu agar tetap
baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan
semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah
pengelolaan.
j) Pendekatan Elektris atau Pluralistik
Pendekatan
elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan
inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut
berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu
situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus
mengkombinasikan dua atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis
disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha
menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat
menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar
mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara
bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan, selama maksud dan penggunaannya
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan
proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
Manajemen
kelas tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor.
Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru untuk
meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan siswa, tingginya kerjasama di antara siswa
tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung
dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berikut ini
ada beberapa pendekatan dalam mengelola kelas sebagai berikut :
1. Pendekatan
Otoriter atau Kekuasaan
Pendekatan
otoriter adalah pendekatan yang menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan
memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Guru
otoriter bertindak untuk kepentingan siswa dengan menerapkan disiplin yang
tegas. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan
kelas, maka perlu adanya pendekatan:
a) Perintah
dan Larangan
b) Penekanan
dan Penguasaan
c) Penghukuman
dan Pengancaman
Dijelaskan
(dalam Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman, 2000) terdapat lima strategi yang
dapat diterapkan dalam mangelola kelas, yaitu:
a) Menetapkan
dan menegakkan peraturan
b) Memberi
perintah, pengarahan, dan pesan
c) Menggunakan
teguran ramah
d) Menggunakan
pengendalian dengan gerak mendekati
e) Menggunakan
pemisahan dan pengucilan
Kelebihan
dari pendekatan ini adalah terciptanya suatu disiplin tinggi dalam bentuk
peraturan atau norma-norma yang harus ditaati sehingga terciptanya suatu
ketertiban di kelas. Kelemahannya adalah pendekatan ini kurang efektif. guru
yang menganut pendekatan ini umumnya menganggap apa yang ia katakan adalah
mutlak benar. Guru dianggap yang paling tahu. siswa kurang diberi kesempatan
untuk mengemukakan dan mengembangkan ide atau buah pikirannya. Contohnya: Seorang guru langsung mengusir anak didiknya
yang berbicara di kelas tanpa mempertimbangkan
alasan yang diberikan anak didiknya tersebut. Guru menganggap anak
didiknya tersebut tidak disiplin.[4]
2. Pendekatan
Intimidasi atau Ancaman
Pendekatan
intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses
pengendalian perilaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang
menekankan perilaku guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada
perilaku guru yang mengintimidasi. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman
yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman, menyalahkan.
Peranan
guru adalah memaksa peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru.
Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran
keras. Teguran keras adalah perintah verbal yang keras yang diberikan pada
situasi tertentu dengan maksud untuk segera menghentikan perilaku siswa yang
penyimpangannya berat. Misal, guru memergoki dua peserta didik
berkelahi.kemudian guru bertindak “berhenti” dengan harapan setelah mendengar
suara guru kedua peserta didik itu akan berhenti berkelahi. Kehadiran guru
membuat mereka takut, takut karena mereka membayangkan akan memperoleh hukuman
yang sangat berat. Dengan demikian, pendekatan intimidasi hanya baik untuk
menghentikan perbuatan yang salah berat dengan segera.
3. Pendekatan
Permisif atau Kebebasan
Pengelolaan
permisif di sini diartikan sebagai suatu proses untuk membantu siswa agar
merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru
adalah untuk meningkatkan kebebasan siswa. Campur tangan guru hendaknya
seminimal mungkin dan guru hendaknya juga berperan sebagai pendorong untuk
mengembangkan potensi siswa secara penuh. Pendekatan permisif adalah pendekatan
yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Tema sentral dari
pendekatan ini adalah: apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan
peserta didik bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Peranan guru
adalah meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu
pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin,
dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta didik secara
penuh..
Kelebihan
Pendekatan ini cukup efektif untuk dilaksanakan karena tingkah laku positif
anak didik dapat terkembangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan
dapat tercapai. Kelemahannya yaitu siswa menjadi bergantung kepada guru dalam
mengembangkan sikap baiknya. Siswa tersebut akan teransang bertingkah baik bila
ada sebuah pujian dari guru dan sebagainya. Contohnya: Guru memberikan pujian
dan hadiah kepada anak yang bertingkah laku baik dan memberikan sanksi kepada
anak yang bertingkah laku buruk dengan tujuan anak tersebut tidak mengulangi
perbuatannya itu lagi.
4. Pendekatan
Kerja Kelompok
Dalam
pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama
kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru
untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok
yang produktif, selain itu guru juga harus dapat menjaga kondisi itu agar tetap
baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan
semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah
pengelolaan.
5. Pendekatan
Sosio-Emosional
Pendekatan
iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas berakar pada psikologi penyuluhan
klinikal, dan karena itu memberikan arti yang sangat penting pada hubungan
antar pribadi. Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen kelas
yang efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat tergantung pada hubungan yang
positif antara guru dan peserta didik. Guru adalah penentu utama atas hubungan
antar dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam manajemen kelas
adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim
sosio-emosional yang positif pula. Glasser mengemukakan delapan langkah untuk
membantu peserta didik mengubah perilakunya berikut ini:
a) Secara
pribadi melibatkan diri dengan siswa; menerima siswa tetapi bukan kepada
perilakunya yang menyimpang; menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahkan
masalah.
b) Perilaku
siswa; menangani masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa.
c) Membantu
siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah
itu
Pusatkan perhatian kepada apa yang dilakukan oleh siswa yang menimbulkan
masalah dan yang meyebabkan kegagalannya.
d) Membantu
siswa merencanakan tindakan yang lebih baik; jika perlu berikan
alternatif-alternatif; bantulah siswa membuat keputusan sendiri berdasarkan
penilaiannya atas alternatif-alternatif yang ada untuk mengembangkan perasaan
tanggung jawab sendiri.
e) Membimbing
siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya
f) Mendorong
siswa sewaktu melaksanakan rencananya dan memelihara keterikatannya dengan
rencana tersebut; yakinkan siswa bahwa guru mengetahui kemajuan-kemajuan yang
dibuatnya.
g) Tidak
menerima pernyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan keterikatannya;
bantulah ia memahami bahwa ia sendirilah yang bertanggung jawab atas
perilakunya; ingatkan siswa akan perlunya rencana yang lebih baik; menerima
pernyataan maaf berarti tidak memusingkan masalah siswa.
h) Memberikan
kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang menyimpang
tetapi jangan menghukumnya; bantulah siswa mencoba lagi menyusun rencana yang
lebih baik dan mengikatkan diri dengan rencana tersebut.
6. Pendekatan
Intruksional
Manajemen
kelas melalui pendekatan ini mengacu pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang
baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap
siswa.
Pendekatan
instruksional dalam manajemen kelas memandang perilaku instruksional guru agar
mempunyai potensi untuk mencapai tujuan utama manajemen kelas, yaitu mencegah
timbulnya masalah manajerial dan memecahkan masalah manajerial kelas. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan strategi manajemen kelas dalam
pendekatan ini antara lain:
a. Menyampaikan
kurikulum dan pelajaran dengan cara yang menarik, relevan, dan sesuai secara
empiris dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang siswa di dalam kelas
b. Menerapkan
kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan
kelas oleh banyak orang sehingga mencegah siswa melalaikan tugasnya.
c. Menyiapkan
kegiatan rutin kelas adalah kegiatan sehari-hari yang perlu dipahami dan
dilakukan siswa.
d. Memberikan
pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengomunikasikan harapan-harapan yang
diinginkan guru.
e. Memberikan
dorongan yang bermakna adalah suatu proses usaha guru dalam menunjukkan minat
yang sungguh-sungguh terhadap perilaku siswa yang menunjukkan tanda-tanda
kebosanan dan keresahan.
f. Memberikan
bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan oleh guru
untuk membantu siswa menghadapi persoalan yang mematahkan semangat, pada saat
mereka benar-benar memerlukannya.
g. Merencanakan
perubahan lingkungan dalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan dalam
menghadapi perubahan-perubahan situasi.
7. Pendekatan
Resep
Pendekatan
resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru
dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar
itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan
guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep. Dalam
pengelolaan, guru lebih banyak memberi anjuran, wejangan, perintah, sehingga
mengabaikan kebutuhan siswa. Di samping itu, guru menjadi tidak kreatif karena
terpaku pada penyelesaian materi.[10]
8. Pendekatan
Perubahan Tingkah Laku
Pendekatan
pengubahan tingkah laku didasarkan atas prinsip-prinsip psikologi behavioral.
Prinsip pokoknya ialah bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, baik tingkah
laku yang disukai maupun tidak disukai
9. Pendekatan
Pengajaran
Manajemen
kelas dengan pendekatan pengajaran, sesuai dengan sebutan dilakukan guru pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Peranan guru sangat dominan di sini
sebagai aktor utama di dalam kelas. Pendekatan memanajemen kelas dengan
pendekatan pengajaran dimaksudkan agar muncul peran guru secara efektif untuk
melakukan pencegahan dan atau penghentian perilaku siswa yang kurang
menguntungkan atau bahkan mengganggu proses pembelajaran di kelas. Pendekatan
pengajaran mensyaratkan perencanaan pengajaran yang baik oleh seorang guru.
Selanjutnya, rencana pengajaran yang telah dibuat itu diimplementasikan
sebaik-baiknya di dalam kelas sehingga kelas yang bersangkutan dapat terkelola
dengan baik untuk sebesar-besar manfaat untuk efektivitas pembelajaran siswa.
Jadi, peranan guru dalam kaitannya dengan pendekatan pengajaran adalah merencanakan
dan mengimplementasikan pengajaran yang baik.
10. Pendekatan
Elektis/Pluralistik
Pendekatan
elektis adalah suatu pendekatan pengelolaan atau manajemen kelas yang lebih
menekankan pada potensialitas, kreativitas, dabn inisiatif wali kelas atau guru
kelas dalam memilih berbagai pendekatan-pendekatan yang telah disebutkan
sebelumnya berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan
pendekatan-pendekatan di atas itu dalam suatu situasi mungkin cukup
dipergunakan salah satunya saja. Akan tetapi pada Situasi yang lain mungkin
harus dilakukan kombinasi dari dua atau tiga pendekatan di atas tersebut
sekaligus. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistic karena dalam
pendekatan manajemen kelas ini guru berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan
suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan
efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai
dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas
disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar
berjalan secara efektif dan efisien.
11. Pendekatan
Teknologi Informasi
Pembelajaran
tidak hanya terpaku pada kegiatan yang lebih dari hanya berbicara dan transfer
pengetahuan. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi sekolah
mencari bentuk baru dalam proses pembelajaran anak. Pembelajaran yang dimaksud
adalah perkembangan teknologi dimasa kini dan mendatang, murid butuh untuk
persiapan dirinya terutama kaitanya dengan perkembangan proyek yang harus
dikerjakan baik secara individual maupun kelompok. Hal ini tentunya mendorong
para guru untuk lebih bertindak sebagai coaching dari pada upaya sekedar
telling dan spending ilmu pengetahuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman.
(2001). Pengelolaan Pengajaran.
Ujungpandang: Bintang Selatan.
Arikunto,
S. (1989). Managemen Pengajaran Secara
Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta
Padmono,
Y. (2011). Manajemen Kelas. Salatiga:
Widyasari.
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Sangat bermanfaat, terimakasih
BalasHapusTerimak kasih juga kk
HapusSangat bermanfaat, terima kasih
BalasHapusTerima kasih juga kk
HapusSangat membantu,terima kasih
BalasHapusKarya tulisnya bagus
BalasHapusMembantu sangat..👍
BalasHapusSangat bermanfaat
BalasHapusSangat bermanfaat materinya
BalasHapusSngat brnfaat
BalasHapusSangat bermanfaat
BalasHapus